Ada secangkir kopi yang baru setengah terminum di meja, sudah lama mendingin, agak basi. Kertas-kertas, alat tulis, gumpalan tisu, dan entah apa lagi berserakan di sekitarnya. Jemarinya terus mengetik dengan cepat, bergerak dengan sendirinya di atas keyboard seperti kesurupan, mengabaikan mata yang lelah dan punggung serta leher yang pegal. Rasanya dia ingin memejamkan barang mata sedetik saja, tapi dia tahu jika begitu waktu akan terlolos dari genggamannya, terlepas saat tidur menyeretnya semakin dalam. Jadi, dia terus memaksakan matanya terbuka, jemarinya mengetik, punggungnya tegak. Dia berargumen bahwa dalam keadaan seperti ini, justru otaknya bekerja lebih cepat, lebih cemerlang, lebih tajam. Saat itu fajar hampir menjelang. Terdengar kokok ayam jago dari pekarangan rumah tetangga di belakang. Sudah dua hari dia seperti ini, belum mandi, lupa makan. Yang diminumnya selama itu hanya kopi, dan sekarang kopi itu pun terlupa, menjadi basi. Dia mengetik dan terus mengetik. Suara TV menyala terdengar lamat-lamat di kejauhan, tidak disadarinya, padahal hanya ada derau statis yang keluar dari sana, layarnya berbintik-bintik hitam putih seolah digerayangi ratusan ribu semut yang mencari sumber gula. Dia menguap sebentar, kantuk masih berusaha menyeretnya, tapi dia terus mengingatkan diri sendiri. Dia bisa bertahan sebentar lagi, tinggal satu halaman sebelum semua ini berakhir. Pada saat-saat seperti ini pula, di tengah tekanan dan kantuk, biasanya dia berjanji pada diri sendiri, untuk tidak lagi menunda-nunda pekerjaan, untuk tidak menerima pekerjaan yang membosankan, bahwa dia bekerja untuk bersenang-senang, bukan untuk mengerjakan sesuatu yang membuat tertekan. Dia terus mengetik, tinggal satu halaman lagi, sebelum tenggat menjelang.
-nat-
NOTE: lagi belajar soal literary journalism dengan sentuhan creative writing. Intinya itu cerita tentang saya yang sedang dikejar singa mati atau deadline. Saya selalu bergidik ngeri kalau menghadapi saat-saat seperti itu lagi. Apalagi kalo kedapatan kerjaannya yang kurang-mengasyikkan. Hiyyyy… Apa dari tulisan saya bisa kebayang betapa menakutkannya dikejar singa mati itu? Haha…