[Nanaissance’s Bread-Baking Journey] continues…

  • Ah sudah lama tidak update perjalanan membuat rotinya. Si madre sudah bisa diberdayakan bikin roti, dan saya putuskan untuk membuat biang baru yang diberi nama Joni.
  • Berhasil buat roti dari Madre: sourdough spiced raisin-walnut bread

10440695_10204995186576191_210100247118953784_n

 

Ini resepnya:

2 cup Madre (sourdough starter)

1/2 cup air atau susu

1 SDM butter/oil

1 sdt garam

1 SDM gula

1 SDM kayu manis bubuk

1 SDM pala bubuk

1/2 SDM jahe bubuk

1/2 cup kismis

1/2 cup walnut

3 cup tepung

 

  • Penasaran bikin roti kopi. Resepnya coba-coba, sih. Pake resep roti putih biasa, tapi susu/airnya diganti kopi, dan tambahin kopi instan bubuk + activated carbon untuk membuat warnanya jadi lebih pekat.
coffee bread

coffee bread

ini resepnya:

1 cup espresso atau 1 SDM kopi instan + 1 cup air

2 1/4 sdt ragi

1/3 cup gula

4 SDM minyak/mentega

1 telur

3-4 cup cakra kembar

1 1/4 sdt garam

1 sdt kopi instan bubuk

1 sdt activated carbon (karbon aktif)

 

udah deh, segitu dulu 🙂 nanti disambung lagi.

(Nanaissance’s Bread-Baking Journey) My Madre: Making a Sourdough Starter

Sudah lama saya penasaran pengen bikin biang roti (alias madre alias sourdough/adonan asam), yang konon rasa rotinya jadi lebih aduhaayyy… wanginyaaaaaa… Dulu, sebelum ada ragi instan, sourdough inilah yang digunakan untuk mengembangkan adonan roti. Tapi… karena cara pembuatannya yang rada lama dan makan waktu, metode adonan asam ini lambat laut mulai ditinggalkan. Sourdough starter ini katanya “harga mati” kalau mau bikin roti tipe keras (alias hard bread), walaupun kata saya, pake ragi instan pun enak-enak aja.

Jadi… mari kita mulai.

Cara bikin sourdough ini macem-macem. Ada yang pakai jus buah, ada yang pakai tape, ada yang pakai bantuan ragi instan. Tapi saya ngikutin resep dari sini, cuma tepung dan air.

Seperti biasa, resep saya “modifikasi” sedikit,  setelah mendapat beberapa pencerahan dari teman-teman saya.

DAY 0 (19 OKTOBER 2014 – 20.00):

Siapkan wadah yang sudah disterilkan (saya pakai botol bekas, disiram air mendidih). Siapkan takaran (bisa juga pakai ukuran gram, jadi siapkan timbangan bila perlu, berhubung nggak punya, saya pakai takaran biasa).

Campurkan 1/2 cup tepung gandum utuh + 1/2 cup air suam-suam kuku, aduk rata. Sebenarnya bisa pakai tepung apa aja. Bisa pakai tepung serbaguna, tepung gandum, tepung rye dsb. Tapi konon, kalau pakai tepung gandum, adonannya jadi lebih stabil (konon, lohhhh… ceuk batur), jadi saya pakai tepung gandum.

2014_1019_19504100

Diamkan 12 jam di tempat hangat (tapi jangan terlalu panas, soalnya si “bakteri” bisa mati), tutup dengan kain kasa (atau kayak saya, pakai plastik yang dilubangin atasnya)

Tanggal 20 Oktober 2014, jam 08.00, tambahkan 1/4 cup tepung (saya pakai cakra kembar) + 1/4 cup air kemasan. Setelah 12 jam ini, aroma si adonan mulai menguarkan bau basi.

Diamkan 12 jam lagi.

DAY 1 (20 OKTOBER 2014 – 20.00):

Sudah 24 jam sejak sourdough yang saya  beri nama MADRE ini dibuat (oiya, teman2 saya bilang sebaiknya si sourdough ini diberi nama, soalnya dia “hidup”, dan harus sering2 diajak ngobrol. Sama aja sih kayak nanam tanaman. Saya pilih nama MADRE karena saya nggak kreatif. :p)

Ini penampilannya:

2014_1020_21451300

Seperti biasa, tambahkan 1/4 cup terigu + 1/4 cup air, aduk rata. Nahhh… kalo orang  lain di sini, adonannya dibuang sebagian. Katanya sih, supaya pas adonannya “mengembang” si MADRE ini gak luber. Tapi kalo saya, nggak saya buang. Sayang soalnya XD. Kemudian, diamkan selama 12 jam lagi

12 jam kemudian (21 Oktober 2014, 08.00), tambah lagi 1/4 cup terigu + 1/4 cup air. Diamkan selama 12 lagi.

DAY 2 (21 OKTOBER 2014, 20.00)

Metode di Day 0 – Day 1 diulang lagi (setiap 12 jam, si Madre dikasih makan)

20141021_205709

agak panik juga, kenapa ada cairan di atasnya. Takutnya si Madre mati dan busuk. Ternyata kata teman saya sih bukaaannn… *fyuh* itu tandanya kebanyakan kasih air. jadi air yang di atas itu tinggal dibuang aja.

12 Jam kemudian (22 Oktober 2014, 08.00). Si Madre saya kasih makan 1/4 cup tepung + 1/4 cup air (cairannya belum saya kurangin), takut salah soalnya XD

Nah, pada tahap ini, saya sudah mendapat sekitar 1 3/4 cup Madre. Nanti kalau sudah 2 cup (hari ketiga) saya akan terapkan metode (buang sebagian + tambah sebagian. Misalnya: buang 1/2 cup Madre, tambahkan 1/2 cup tepung+1/2 cup air).

 

DAY 3 (22 OKTOBER 2014 – 20.00)

Yaayyy… si Madre sudah menguarkan bau pisang kematengan. Hore… hore… hore… i’m on the right track.

20141022_195324_20141022195803397

 

DAY 4 (23 OKTOBER 2014 – 20.00)

Saya skip kasih makan 12 jam sekali, jadi 24 jam sekali. Ini foto si Madre nan harummmmm… sebelum dikasih makan, saya buang 1/2 cup si Madre, baru tambah lagi 1/2 cup tepung, 1/2 air.

20141023_204418

 

DAY 5 (24 OKTOBER 2014 – 20.00)

Step by stepnya nggak usah diceritain lagi, ya… sama kayak day 4

2014_1024_22161700

Nanaissance’s Bread-Baking Journey: white bread dan berbagai variannya

Udah lama nih nggak melaporkan kemajuan perjalanan saya dalam membuat roti. Saya tampilkan gambar-gambarnya aja dehhh…

matcha milk bread (roti putih pakai matcha/green tea bubuk)

matcha milk bread (roti putih pakai matcha/green tea bubuk)

white bread

white bread

 

nutella swirl bread

nutella swirl bread

 

Yang white bread, resepnya sederhana banget, cuma tepung, air, ragi, butter, garam, gula. Resep dari sini. Sebenarnya lebih enak pakai susu dan telor, akhirnya di resep untuk matcha dan nutella swirl bread, saya modifikasi resepnya pakai susu dan telor. Resep dari sini.

Aaaaahhhh… i love bread-baking.

Btw, saya  jadi tergerak bikin “madre” atau biang roti alias ragi alami alias sourdough starter. Soalnya, roti sourdough katanya lebih enak daripada roti pakai ragi instan.

Tunggu postingan selanjutnya. 🙂

 

-nat-

Nanaissance’s Bread-Baking Journey: Multigrain Loaf

Naaahhh… sepertinya ini bakal jadi roti favorit saya. Rasanya pas. Dan memang harus pakai butter/margarine/olive oil/canola oil, ya biar rotinya lembut. Kalo yang rustic crusty bread itu, rotinya harus segera dihabiskan, soalnya kalau dibesokin jadinya keraaassss…

Saya ambil resepnya dari sini, tapi saya sesuaikan soalnya nggak punya cornmeal, dan sunflowerseeds pesanan saya blm datang.

Nah ini resep saya (berhubung masih nggak punya timbangan, saya selalu cari resep yang pake cup untuk takarannya XD):

2 cup all purpose flour (saya pakai cakra kembar)

3/4 cup wheat flour (saya beli di IG: my_mooi) ==> note, kalau pakai 1/4 cup sunflower seeds, wheat flournya kurangin jadi 1/2 cup)

1/2 cup oat (pakai quaker oatmeal istant yang warna merah)

1/4 cup rye flour (saya beli di IG: organicfoods_)

1/4 cup brown sugar (ini nih yang bikin rotinya haruuuuummmm enaaakkk… btw bisa diganti pakai madu/gula)

2 tsp instant yeast 1 tsp salt (sebenernya ini sesuai selera sih, kalo nanti buat lagi, saya mau kurangin garamnya) 3 tbs butter (bisa pakai margarine, olive oil, canola oil, minyak sayur biar lebih “vegan” :p)

1 1/4 cup lukewarm milk (saya pakai susu ultra. hahai… di resepnya sih pakai 1/4 cup susu bubuk + 1 – 1 1/4 cup air hangat, tapi karena nggak punya susu bubuk, saya pakai susu cair).

Ulenin adonan seperti biasa, tunggu sampai mengembang, lalu panggang deh. Waktu bikin ini, suhunya 200 C, dan saya panggang selama 40 menit, walhasil agak gosong crust-nya XD. nanti dikurangin suhunya, 190C, dan panggang sekitar 25-30 menit.

Ini dia penampakannyaaaa…

Multigrain Loaf by Nanaissance

Multigrain Loaf by Nanaissance

Nanaissance’s Bread-Baking Journey: Rustic Crusty Bread (2nd Attempt)

Untuk percobaan kedua ini pakai  tepung cakrakembar. Nggak diulen sama sekali. Tp dibiarin sampe ngembang selama 12 jam.
Penampilan: bahenol nerkom.
Berhasil dpt tekstur yang diinginkan: gooey di dalam, crunchy di luar.
Rasa: terlalu asin untuk selera saya. (note: kurangin garam, banyakin gula.)

 

rustic crusty bread ala nanaissance

rustic crusty bread ala nanaissance

20140925_090715

nyobain selai blackberry & apple oma anna