Perjalanan Homeschooling Che: Bahan Bacaan Bulan Oktober 2020

Di bulan Oktober ini, saya mulai belajar untuk tidak ambisius. Bahan bacaannya ditambah, sih, tapi porsi baca+narasinya dipersingkat. Che juga sudah mulai bisa “dilepas” sendiri membaca buku-bukunya. Di bulan ini juga saya mulai mengenalkan Picture Study untuk Che dan Aero, dan Logika/Self-Development untuk Che.

Berikut ini daftarnya (GABUNGAN YEAR 4 DAN YEAR 5):

  • The Fallacy Detective, Bluedorn brothers (Logika/Self-Development)
  • Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, Cindy Adams (Lanjut lagi nanti di year 6. Indonesian Study seri Bapak Bangsa)
  • Hatta: Aku Datang Karena Sejarah, Sergius Sutanto (Indonesian Study seri Bapak Bangsa)
  • Nusa Bangsa I, Sutrisno Kutojo (Indonesian Study seri PPKn)
  • Pejuang Bangsa I, Sutrisno Kutojo (Indonesian Study seri Pejuang Bangsa)
  • Kepulauan Nusantara, Alfred Russel Wallace (Indonesian Study seri Geografi)
  • Geographical Readers for Elementary Schools, Charlotte Mason (Geografi), dan map drill di online.seterra.com
  • Modul belajar sekolah dari selingkar.com
  • A Child’s History of the World, VM. Hillyer (Sejarah)
  • Silk Road: 7000 Miles of History, John Major (Islamic study, geografi)
  • Muhammad, Martin Lings (Islamic study)
  • Menyusuri Jejak 25 Nabi, Irma Irawati & Maya Lestari GF (Islamic study)
  • Tales from Shakespeare, Charles Lamb (English Listening)
  • The Marvelous Wizard of Oz, LF Baum (English Translating)
  • Reptiles Do the Strangest Things, Leonora Hornblow (Nature Study)
  • Story Book of Science, Fabre (nature study)
  • John Muir: Kehidupanku Bersama Alam, Joseph Cornell (nature study, geografi)
  • Gembira Ria: Sajak Anak-Anak, Suyono HR (poem/poetry)
  • Fabel Aesop (sastra/living books)
  • Just So Stories, Rudyard Kipling (sastra/living books)
  • Angin dari Tebing I, Clara NG (bacaan bebas)
  • Kita, Kami, Kamu, Soca Shobita & Reda Gaudiamo (bacaan bebas)
  • Magician’s Nephew, CS Lewis (bacaan bebas)
  • Pulau Run, Giles Milton (Sejarah/geografi)

ART STUDY:

  • Self-potrait with a red shawl, Maria Izquierdo (1941)
  • Summer Night, Eilif Peterssen (1886)
  • Flowers on the Windowsill. From “a Home”, Carl Larsson (1900)
  • The Old Town, Aniela Cukierowna (1933), woodcut
  • Shapes of Fear, Maynard Dixon (1930)
  • Starry Night, Vincent van Gogh (1889)

INI DAFTAR BACAAN AERO (GABUNGAN YEAR 1 DAN YEAR 2):

  • Nusa Bangsa, Sutrisno Kutojo (Indonesian Study untuk seri Sejarah Indonesia)
  • Modul belajar sekolah Selingkar.com
  • John Muir: Kehidupanku Bersama Alam, Joseph Cornell
  • Reptiles do the Strangest Things, Leonora Hornblow
  • Among the Meadow People, Clara Dillingham Pierson
  • Geographical Readers for Elementary Schools, Charlotte Mason (Geografi), dan map drill di online.seterra.com
  • A Child’s History of the World, VM Hillyer
  • 365 Hari Bersama Nabi Muhammad SAW, Nurdan Damla
  • Menyusuri Jejak 25 Nabi
  • Gembira Ria: Sajak Anak-Anak, Suyono HR
  • Fabel Aesop
  • Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi
  • Kenalkah Kau Pippi Si Kaus Panjang? Astrid Lindgren
  • Charlotte’s Web, EB White

ART STUDY:

  • Summer Night, Eilif Peterssen (1886)
  • Flowers on the Windowsill. From “a Home”, Carl Larsson (1900)
  • The Old Town, Aniela Cukierowna (1933), woodcut
  • Starry Night, Vincent van Gogh (1889)

Perjalanan Homeschooling Che (bulan ketiga)

Sudah hampir tiga bulan Che menjalani homeschooling. Dan setelah memantau gaya belajarnya, kami memutuskan untuk mengikuti kurikulum Ambleside Online, tetapi dengan memperbanyak buku-buku geografi dan penjelajah dunia. Aero juga saya ikutsertakan sih. Meskipun masih “test the waters” sedikit

Berikut ini daftar bacaan Che (10 thn) di bulan September (Kebanyakan masih nyambung bacaan dari dua bulan sebelumnya):

  • Kepulauan Nusantara, Alfred Russel Wallace (NOTE: Che agak kesal karena Wallace suka nembak-nembakin satwa untuk dijadikan spesimen.)
  • Laskar Pelangi, Andrea Hirata (Baca ulang sebenarnya, tapi seru karena sekarang kami fokus belajar untuk menyimak lebih detail).
  • A Child’s History of the World, VM Hillyer
  • Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams
  • Nusa dan Bangsa 1, Sutrisno Kutojo
  • Story Book of Science, Jean-Henry Fabre (pinjam dari archive.org, dan mendengarkan audiobook dari librivox.org)
  • Reptiles do the strangest things, Leonora Hornblow (pinjam dari archive.org)
  • Menyusuri Jejak 25 Nabi, Irma Irawati & Maya Lestari GF
  • Muhammad, Martin Lings
  • Travelling Man: The Journey of Ibn Battuta (1325-1354), James Rumford
  • A Child’s Garden of Verse, Robert Louis Stevenson (dapat dari gutenberg.org)
  • Gembira Ria: Sajak Anak-Anak, Suyono HR
  • The Wonderful Wizard of Oz, Lyman Frank Baum
  • Sejarah Perang Dunia, Saut Situmorang
  • Narnia: The Lion, The Witch, and The Wardrobe, CS Lewis.
  • Corduroy, Don Freeman
  • Kapten Kolor 1, Dav Pilkey
  • Aesop: Kumpulan Fabel
  • Angin dari Tebing 1, Clara NG
  • Mary & The Frankenstein, Linda Bailey & Julia Sarda
  • Tales from Shakespeare, Charles Lamb

 

Kalau ini bacaan Aero (8thn), September ini:

  • Menyusuri Jejak 25 Nabi, Irma Irawati & Maya Lestari GF
  • Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi
  • Dongeng Dialektika: Sehari Bersama Reni, Clara NG (pinjam di ipusnas)
  • Dongeng Dialektika: Hari Potong Rambut, Clara NG (pinjam di ipusnas)
  • Pippi Si Kaus Panjang, Astrid Lindgren
  • Corduroy, Don Freeman
  • Laskar Pelangi, Andrea Hirata
  • Aesop: Kumpulan Fabel
  • Kapten Kolor 1, Dav Pilkey
  • Reptiles do the strangest things, Leonora Hornblow (pinjam di archive.org)
  • Among the Meadow People, Clara D. Pierson (unduh di gutenberg.org)
  • John Muir, Kehidupanku bersama Alam, Joseph Cornell (pinjam di ipusnas)
  • Home Geography, CC Long
  • Ke Mana Arah Selatan, Maria Lubis
  • A Child’s History of the World, VM Hillyer
  • Nusa Bangsa, Sutrisno Kutojo
  • A Child’s Garden of Verse, Robert Louis Stevenson
  • Gembira Ria: Sajak Anak-Anak, Suyono HR

phewwww… banyak juga, ya?

Perjalanan Homeschooling Che: Bulan Pertama (Juli 2020)

Sudah sebulan ini Che memulai Homeschooling, dan waktunya untuk review. Saya sudah membaca literatur tentang berbagai metode homeschooling yang berbeda, dan alih-alih mengikuti satu metode secara saklek, kami putuskan untuk menggabungkan beberapa metode sehingga mendapatkan yang sesuai untuk kebutuhan belajar Cheva (dan Aero. Meskipun Aero masih sekolah formal, saya tetap menjadwalkan beberapa bacaan terstruktur buat dia, meskipun bacaannya tidak sebanyak sang kakak).

Pertama-tama, sebagai landasan sistem belajar anak, saya ingin mereka menekuni apa yang telah menjadi minat dan bakat mereka, dan tetap memiliki karakter literat. Saya tidak akan memaksakan agar mereka “hobi” membaca, tapi saya ingin mereka tahu pentingnya buku dan kemampuan literasi dalam kehidupan mereka. Jadi intinya: I’ll surround them with books!

Berikut buku-buku yang Cheva baca bulan Juli 2020 ini.

  • Kepulauan Nusantara, Alfred Wallace (Komunitas Bambu) : Bab Geografi Fisik
  • Muhammad, Martin Lings (Penerbit Serambi): Bab 1-4. Che belajar tentang Ibrahim, Doa Ibrahim, Mekkah, dan Suku Quraisy.
  • Just So Stories, Rudyard Kipling (GPU): Belum tamat, akan dilanjutkan ke Agustus. Ini bacaan living book, mengikuti metode Charlotte Mason.
  • Hobbit, JRR Tolkien (GPU): Sebagai bacaan bebas.
  • A Child’s History of the World, VM Hillyer (Calvert School): Bab 1-4
  • Haroun and the Sea of Stories, Salman Rushdie, (Penguin): Sebagai tugas penerjemahan.
  • Hujan Bulan Juni, Sapardi Djoko Damono (GPU): Puisi dan tulis huruf tegak sambung.
  • A Child’s Garden of Verse, Robert Louis Stevenson (ebook): english poetry and penmanship, and listening.
  • The Road Not Taken, Robert Frost: poetry and penmanship.

 

Materi tambahan:

emodul paket A kemdikbud

materi dari Selingkar

brainzy untuk english + math dan typing

Iqra + Juz ama

kompetensi literasi (aksi) 

code.org untuk koding/coding

flipaclip untuk belajar animasi

drawbrick untuk belajar robotik

stopmotion studio untuk belajar stopmotion

nonton film: 1001 Inventions and the Library of Secrets

 

Setelah lihat daftar di atas saya baru sadar, “eduuuunnnn… banyak juga yang dipelajarinya, ya?” Otak Che ngebul, gak ya? Nggak sih, karena Che hanya “belajar” 10-20menit sehari. TAPI, yang masih bikin saya jempalitan adalah mengatur jadwal. Karena bukan Che saja yang harus disiplin, kami sebagai orangtuanya juga harus konsisten. Masih banyak PR, nihhhh!!!!

Ihik.

 

BTW Ini bacaan Aero:

  • Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi (GPU)
  • Si Kecil, Murti Bunanta (Grasindo)
  • A Child’s History of the World, VM Hillyer
  • Rahasia Makanan, Tasaro GK (Dar Mizan)
  • Rahasia Bulan, Tasaro GK (Dar Mizan)

-Nat-

 

 

I am. I am. I am.

Nemu penggalan syair karya Sylvia Plath yang menurut saya dahsyat banget.

 

“I took a deep breath and listened to the old brag of my heart: I am. I am. I am.”

(Sylvia Plath, the Bell Jar)

 

Mau coba saya terjemahkan, semoga “kedahsyatan” kata-katanya bisa terasa dalam terjemahannya. Ini terjemahan versi saya: “Kuhela napas dalam-dalam, dan kudengarkan sesumbar purba jantungku: Aku. Aku. Aku.”

Gimana? Gimana?

 

-nat-

190420

 

Saya, Si Bandel, dan Buku

45206632_10217257560527876_3980813566696488960_n

“Masa kecil kaurayakan dengan membaca, kepalamu berambutkan kata-kata…”
 
Baris Surat Malam untuk Paska karya Joko Pinurbo di atas punya makna khusus untuk saya. Rasanya ada yang akrab di dalamnya. Masa kecil saya berlalu seperti layaknya kebanyakan anak-anak lainnya. Ada tawa dan ada tangis. Enggak selalu indah dan saya enggak terlalu ingat detailnya. Tapi yang pasti, selalu bertemankan buku. Buku-buku menemani saya sepanjang fase kehidupan sampai saat ini. Ada buku-buku yang terlupakan, ada pula buku-buku yang meskipun saya sudah lupa isinya, tapi membangkitkan kenangan-kenangan menghangatkan, kekesalan, bahkan ada yang membangkitkan segala perasaan sampai meluap-luap.
 
Misalnya, Trio Detektif dan Misteri Karang Hiu adalah buku Trio Detektif pertama yang saya baca. Milik seorang teman sewaktu SD di Ciamis yang rumahnya sering saya dan teman-teman lain tongkrongin sepulang sekolah. Saya ingat “hantu” yang menghuni kamar di atas garasinya. Dan suatu hari kami berdua memberanikan diri, berdiam di kamar itu, hanya untuk membuktikan apa benar ada hantu di sana. Saya enggak ingat apakah kami akhirnya melihat hantu sungguhan. Yang saya ingat adalah saya mengupil di sana, dan upil kecil saya menempel di ujung hidung. Bagi anak kelas 3-4 SD bahkan upil pun bisa jadi sumber rasa malu. Tapi si teman yang baik hati ini tidak mengejek dan menertawakannya, hanya memberi isyarat ada sesuatu di hidung saya dengan menyentuh hidungnya sendiri.
 
Buku lainnya adalah Little Women-nya Louisa May Alcott terbitan Gramedia, yang disadur (bukan diterjemahkan) dari film-nya. Saya ingat buku itu dari waktu saya SMP. Pada masa itu sebagian besar koleksi saya masih termasuk kategori buku anak. Komik Mari-Chan, trio detektif, goosebumps, Narnia. Saya belum pernah minta dibelikan buku yang agak “dewasa”, meski saya sudah sering membaca Agatha Christie dan (diam-diam membaca) Sidney Sheldon punya Ibu, atau Frederick Forsythe dan Erle Stanley Gardner punya Ayah. Tapi itu sih cerita lain lagi, ya.  Nah, soal Little Women ini, saya ingat betul, buku itu beredar di kalangan teman SMP. Yang bikin saya kesal dan agak mendendam adalah hanya saya yang enggak boleh meminjamnya. Dasar pelit, batin saya waktu itu. Gue juga bisa beli sendiri.
 
Saya mencari buku itu di Toko Efendi (satu-satunya toko buku di Banda Aceh), tapi ternyata enggak ada. Little Women-nya harus diimpor dari Medan atau Jakarta. Akhirnya saya titip ke Ayah yang waktu itu sering bepergian ke Jawa, tapi entah kenapa tidak kunjung dibelikan. Begitu pindah ke Bandung tahun 1997, buku itu saya dapatkan di Gramedia Merdeka. Rasanya seperti menang lotre.
 
Lalu ada buku Musashi. Buku yang mengingatkan saya pada Ibu. Bukan karena ceritanya sih, tapi karena Ibu saya pernah memenangkan kuis berhadiah berjilid-jilid buku Musashi sewaktu beliau masih remaja, dan harus mengambil sendiri buku itu di Palmerah. Jadi, setiap melewati Palmerah atau berkunjung ke Gedung Kompas Gramedia, saya selalu ingat Musashi dan Ibu.
 
Buku lain adalah serial Sadler Wells-nya Lorna Hills. Karena itu buku pertama yang saya baca tanpa perlu sembunyi-sembunyi tentang sepasang remaja yang berciuman. Hahahahaha. Begitu saya baca lagi buku itu baru-baru ini, komentar saya cuma, “Yaelah cuma gini doang. Kalau baca buku young-adult zaman sekarang bisa-bisa emak zaman dulu langsung kejer-kejer.”
 
Nah, kemarini lalu, saya dan suami membongkar kardus-kardus berisi buku yang saya kumpulkan sewaktu masih bekerja di Jakarta, dan serasa menemukan harta karun ketika melihat Si Bandel-nya Edith Unnerstad. Langsung deh, kenangan lama bangkit kembali. Saya jadi ingat buku-buku Edith Unnerstad yang pernah saya punya tapi telah hilang entah ke mana: O’Mungil, Tamasya Panci Ajaib, dan Tamasya Laut. Buku-buku yang membuat saya dulu ingin menamakan anak saya sebagai Desdemona dan Ophelia (padahal nama-nama itu sendiri diambil dari tokoh-tokoh karya Shakespeare). Tentang saya dan teman-teman sesekolah yang bertualang ramai-ramai naik sepeda sampai ke sumber mata air bernama Mata Ie (yang secara harfiah artinya Mata Air). Sepeda saya tergelincir ke pinggir sungai yang berbatu, kaki saya lecet, dan saya nangis menciar-ciar. Akhirnya, teman saya yang cowok membawakan sepeda saya sementara saya nebeng motor bu kepala sekolah. Atau tentang saya dan teman-teman melewati kuburan-kuburan tua hanya sebagai pembuktian bahwa kami berani. Tentang pohon jambu batu yang saya panjat kalau saya ngambek sama Ibu lalu keras-keras menyanyikan Cintaku Padamu-nya Ita Purnamasari sampai seantero tetangga kebisingan (yeaahhh… saya pernah sekampring itu). Tentang betapa sedihnya saya ketika pohon asem besar di depan rumah ditebang demi pelebaran jalan. Tentang laut dengan air jernih nan biru dan angin berembus kencang. Tentang badai yang mengempas-empas daun jendela kamar, karena rumah saya dulu letaknya tepat di seberang hamparan sawah, dengan Gunung di kejauhan yang membatasinya dari lautan. Tentang Aceh sebelum 1998, dan Aceh sebelum tsunami.
 
Saya ingin anak-anak saya memiliki kenangan-kenangan semacam itu. Koneksi antara dia dan orangtuanya, dengan teman-temannya, dengan lingkungannya, dan pada akhirnya membantunya untuk tumbuh dan memberi mereka kehangatan dan kekuatan saat dirundung sedih sementara orang-orang yang peduli tidak berada di dekatnya. Saya ingin mereka merasakan asiknya bermain detektif-detektif-an di sekolah, menyelidiki “terowongan-terowongan peninggalan Belanda yang katanya memanjang sampai ke sisa-sisa benteng pertahanan di Ulee Lheue.” Mencari tahu apakah tengkorak yang disimpan di laboratorium biologi adalah tengkorak perempuan atau lelaki atau bahkan tengkorak sungguhan. Mencari tahu apa yang hendak disampaikan hantu kucing bermata merah yang menghantui pekarangan depan rumah seorang teman.
 
Saya ingin anak-anak saya merayakan masa kecil mereka dengan membaca, melewatinya dengan gembira, membiarkan imajinasi mereka meliar. Saya ingin mereka tahu bahwa buku adalah sebaik-baiknya teman sejati, seperti kata Aidh Al-Qarni dalam La Tahzan,“buku adalah teman sejati… yang tidak akan memujimu dengan berlebihan, sahabat yang tidak akan menipumu, dan teman yang tidak membuatmu bosan. Dia adalah teman yang sangat toleran yang tidak akan mengusirmu, dia adalah tetangga yang tidak akan menyakitimu, dan dia adalah teman yang tidak akan memaksamu mengeluarkan apa yang kaumiliki. Dia tidak akan memperlakukanmu dengan tipu daya, tidak akan menipumu dengan kemunafiqan, dan tidak akan membuat kebohongan.”
 
Dan dengan buku, saya harap mereka akan menciptakan sejarah mereka sendiri dan menjadi insan yang meski tidak sempurna tetapi tetap baik, tetap bahagia, dan bisa berguna serta meraih cita. Aamin.